BacaNovel Online Gratis Diatas sejadah Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Lengkap Sinopsis : Mamduh, seseorang aristokrat keturunan pasha, jatuh cinta pada seseorang gadis yang mempesonanya lahir batin.

CONTOH RESENSI NOVEL - Kali ini admin postingkan contoh resensi novel di atas sajadah cinta silahkan simak di bawah ini. Identitas Buku Judul Buku Di atas sajadah cinta Pengarang Habiburrahman EL Shirazi Penerbit 1. Republik 2. Pesantren Basmallah Indonesia 3. MD entertainment Tahun terbit 2006 Jumlah halaman 265 halaman Panjang buku 20,5 x 13,5 cm Sinopsis Diceritakan oleh di sebuah kota Kufah seorang pemuda yang bernama “Zahid ” atau si ahli zahid, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda dia di kenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota besar waktunya ia habiskan di dalam mesjid untuk ibadah dan menuntut ilmu, Suatu hari jahid pergi ke pinggir kota ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Di tengah perjalanannya ia mendengar orang yang minta tolong dan ia melihat seorang perempuan yang sedang menunggang kuda di kebun kopi yang sangat kencang. Melihat keadaan itu jahid bingung lalu ia mengangkat tangan kanannya lalu ia mengatakan “hai kuda mahkluk ALLOH,berhentilah dengan ijin ALLOH” lalu kuda itu meringkik dan berhenti’ wanita yang di punggung kuda itu terpelenting jatuh. Perempuan itu bernama Afirah tanpa disadari wanita itu telah membuka cadarnya Zahid pun melihat wajah perempuan yang cantik dan putih. Sebelum Zahid pergi Afirah member saputangan hijau pada saat malam tiba Afirah menangis dia merindui Zahid dan ia telah jatuh cinta pada nya begitupun dengan Zahid. Suatu hari jahid datang ke rumah Afirah bermaksud untuk melamar Afirah namun Abu Afirah menolaknya karena ia telah menerima lamaran abu hal itu Afirah jatuh pingsan sementara Zahid pun jatuh sakit. Kabar tentang derita Zahid tersebar ke pelosok kota Kufah dan sampai terdengar oleh Afirah lau Afirah mengirim surat dan mengungkapkan keinginananya dan Zahid pun membalasnya dan dia pun tidak bisa apa –apa dia hanya bisa berserah diri kepada ALLOH dan dia member sorban putih untuk Afirah. Membaca balasan dari Zahid ,Afirah menangis bukan karna dia kecewa tapi karna dia telah menemukan sesuatu yang dengan Zahid telah mengubah jalan hidupnya dan ia meninggalkan gaya hidupnya yang mewah. Sorban putih yany diberikan dari Zahid dijadikan sajadah tempat ia bersujud dan menangis di tengah malam dan memohon ampum dan rahmat. Di atas sajadah itulah ia menemu kan cinta yang lebih agung yaitu cinta kepada ALLOH swt. Lalu Zahid menerima surat dari Afirah bahwa abu Afirah telah memutuskan tali pertunangannya dengan Yasir dan abu Afirah menyuruh Zahid untuk melamar Afirah dan melaksanakan pernikahan. Seketika itu Zahid sujud syukur di masjid Kufah,tidak henti bibirnya mengucap kan hamdalah. Unsur Intrinsik Tema kesabaran seorang lelaki yang mencintai seorang perempuan. Penokohan - zahid baik, tampan, rajin beribadah -Afirah baik, mewah, santun -Abu Afirah bijaksana -Yasir tidak baik Alur atau jalan cerita maju Setting - tempat - mesjid - kebun kopi - rumah Afirah - waktu siang dan malam Sudut pandang Dalam novel ini penulis menceritakan orang ke 3 Gaya bahasa kebahasaan yang dipakai dalam novel ini cukup ringan dan tidak memiliki istilah-istilah asingsehingga mudah dipahami pembaca. Amanat segala masalah harus di hadapi dengan sabar dan harus berserah Diri padA ALLOH swt. Unsur Ekstrinsik Unsur psikologi yakin pada yang telah direncanakan ALLOH swt. Unsur agam kita harus rajin ibadah dan teguh pada pendirian atau prinsip sendiri Keunggulan dan kelemahan buku Keunggulan novel diatas sajadah cinta adalah novel pembangun spiritual yang banyak mengandung unsure religi dan sastra. Karena tema novel yang di angkat dalam novel ini tentang keagamaan. Kelemahan kelemahan novel ini terkadang membuat para pembaca bingung dengan alur ceritanya. 1..6 Kesimpulan novel ini sangat baik untuk and abaca, karena banyak mengandung nilai –nilai agama. dan novel ini juga dapat menambah pengetahuan ilmu. Demikianlah yang saya bagikan mengenai contoh resensi novel semoga bermanfaat.
1 Data Buku Ø Judul novel: Cinta Diujung Sajadah Ø Penulis: Asma Nadia Ø Jumlah halaman: 292 halaman Ø Penerbit: REPUBLIKA Ø Alamat penerbit: Jl.Warung Buncit Raya No.37 Jakarta Selatan 2) Unsur Instrinsik a) Tokoh Ø Cinta Ø Mama alia Ø Cantik Ø Mbok nah Ø Anggun Ø Ayah Ø Neta Ø Aisyah Ø Makky Ø Adji b) Watak Ø Cinta: penyabar dan baik hati Ø Mama alia: sombong dan suka Novel Diatas Sajadah Cinta adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh seorang penulis Indonesia bernama Habiburrahman El Shirazy. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2004 oleh penerbit Republika Penerbit. Alur Cerita Novel Diatas Sajadah Cinta menceritakan tentang kisah cinta antara seorang tokoh utama bernama Fahri bin Abdillah dan seorang wanita bernama Aisha. Fahri adalah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Mesir. Sedangkan Aisha adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya raya di Mesir. Kisah cinta mereka bermula ketika Fahri membantu Aisha yang sedang dalam keadaan terjebak di dalam mobilnya yang mogok. Meskipun awalnya Aisha tidak mau ditemani oleh Fahri, namun lambat laun mereka menjadi semakin akrab dan saling mengenal satu sama lain. Tetapi, kisah cinta mereka menghadapi banyak rintangan, terutama dari keluarga Aisha yang tidak menyetujui hubungan mereka karena perbedaan agama dan status sosial. Selain itu, Fahri juga menghadapi banyak permasalahan dalam studinya, terutama dalam memahami bahasa Arab dan budaya Mesir yang berbeda dengan Indonesia. Namun, dengan tekad dan semangat yang kuat, Fahri berhasil menyelesaikan studinya dengan baik dan tetap mempertahankan hubungannya dengan Aisha meski harus menghadapi banyak cobaan. Karakter Utama Novel Diatas Sajadah Cinta memiliki dua karakter utama, yaitu Fahri bin Abdillah dan Aisha. Fahri adalah seorang tokoh utama yang cerdas, baik hati, dan penuh semangat. Meskipun menghadapi banyak rintangan dalam studinya di Mesir, Fahri tidak pernah menyerah dan selalu berusaha untuk mengatasi masalahnya dengan baik. Sedangkan Aisha adalah seorang gadis yang cantik, cerdas, dan pemurung. Meskipun berasal dari keluarga kaya raya, Aisha tidak sombong dan selalu bersikap baik terhadap orang lain. Namun, Aisha juga memiliki masalah dengan keluarganya yang tidak menyetujui hubungannya dengan Fahri karena perbedaan agama dan status sosial. Tema Novel Diatas Sajadah Cinta memiliki beberapa tema yang diangkat, antara lain tentang cinta, agama, dan budaya. Tema tentang cinta terlihat dari kisah cinta antara Fahri dan Aisha yang penuh dengan rintangan dan cobaan. Sedangkan tema agama terlihat dari latar belakang cerita yang berada di Mesir, sebuah negara yang dikenal sebagai pusat keilmuan Islam. Dan tema budaya terlihat dari perbedaan budaya yang dihadapi oleh Fahri dalam studinya di Mesir yang berbeda dengan budaya Indonesia. Kesan Pembaca Banyak pembaca yang memberikan kesan positif terhadap novel Diatas Sajadah Cinta. Mereka menganggap novel ini sebagai sebuah karya yang indah dan penuh makna. Banyak pembaca yang merasa terinspirasi dan terkesan dengan kisah cinta yang diangkat dalam novel ini. Selain itu, banyak pembaca juga merasa terhibur dengan gaya penulisan yang lugas dan mudah dipahami. Kesimpulan Diatas Sajadah Cinta adalah sebuah novel yang indah dan penuh makna. Kisah cinta antara Fahri dan Aisha yang diangkat dalam novel ini menghadirkan banyak pesan moral yang dapat diambil oleh pembaca. Novel ini juga berhasil menggambarkan perbedaan budaya dan agama yang ada di antara masyarakat Indonesia dan Mesir dengan sangat baik. Dengan gaya penulisan yang lugas dan mudah dipahami, novel Diatas Sajadah Cinta dapat menjadi bacaan yang menyenangkan dan inspiratif bagi pembaca.
DiatasSajadah Cinta. Sajadah Cinta: Ketika Derita Mengabadikan Cinta "Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah Sakit Qashrul Aini
Oleh Mujawaroh Annafi Judul Cinta di Ujung Sajadah No. ISBN 978-602-7595-13-2 Penulis Asma Nadia Penerbit REPUBLIKA Tanggal terbit Juli, 2012 Cetakan Kesatu, Juli 2012 Halaman 292 Ukuran 13,5 cm x 20,5 cm Novel ini bercerita tentang seorang gadis bernama Cinta Ayu yang tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta dua saudari tirinya. Mendapatkan Ibu baru dan saudara baru tak membuat kehidupan Cinta lebih baik, ia hidup bak Cinderella yang mendapatkan perlakuan tak adil dari ibu dan saudari tirinya. Sang Ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi putri kandungnya pun lebih sering memihak kepada istrinya yang cantik bak model, meskipun ia tahu bahwa anaknya tidak bersalah. Pertengkaran di meja makan acap kali terjadi saban pagi ketika Cinta akan pergi ke sekolah. Meskipun Mama Alia, begitu Cinta memanggil ibu tirinya, cantik, hal ini tidak menular ke ke dua anak perempuannya. Anggun memiliki tubuh kurus dan kurang percaya diri dengan penampilannya, sangat kontras dengan Cantik yang memiliki tubuh gempal tapi memiliki rasa percaya diri yang tinggi tapi terkesan norak. Sedangkan Cinta, ia tidak cantik juga tidak bisa dikatakan jelek, tidak kurus juga tidak gemuk, hal ini seringkali membuat Anggun dan Cantik sangat iri dengan Cinta. Tapi Cinta tak peduli dengan perlakuan Anggun dan Cantik yang kerap memancing emosinya karena hal sepele. Tetapi Cinta tak tahan jika Anggun dan Cantik menyinggung hal tentang Ibu kandungnya. Ibu adalah sosok yang tak pernah Cinta kenal, tak tahu bagaimana rupa dan suaranya. Kerinduan tentang Ibu menjadikan Cinta terobsesi memotret foto ibu dari teman-temannya, tak terhitung jumlah jepretan dengan objek berbeda tapi dengan satu fokus, perempuan berwajah sendu dan keibuan, hanya saja itu bukan ibu Cinta. Ayah Cinta selalu menutup-nutupi kebenaran terkait ibu Cinta. Memiliki seorang Ibu Tiri tak melunaskan kerinduannya akan sosok seorang ibu. Kasih sayang yang didapatkan Cinta hanya dari Mbok Nah, pembantu rumah tangga. Berkali-kali Cinta menanyakan ke Mbok Nah, bagaimana rupa sang Ibu, namun Mbok Nah lebih memilih bungkam. Di tengah kesedihan mendapatkan perlakuan kurang baik dari saudari-saudarinya hadir seorang laki-laki tetangga barunya bernama Makky Matahari Muhammadi. Juga support selalu datang dari sahabat-sahabat Cinta di sekolah. Makky adala pria tampan yang menggeluti hobi fotografi, sejalan dengan itu ternyata Cinta juga memiliki ketertarikan yang sama meskipun masih pemula, hal ini membuat hubungan keduanya semakin dekat. Angin segar menerpa wajah Cinta, ketika berulang tahun ke 17, saat ia mulai melangkahkan kaki berhijrah menjadi diri yang lebih baik dan memutuskan untuk berhijab. Mbok Nah membeberkan semua kebenaran tentang ibu Cinta yang akhirnya membawa Cinta pergi untuk mencari keberadaan sang Ibu dan memulai sebuah perjalanan seorang diri. Dalam perjalanannya ia bertemu dengan seorang pemuda yang menemaninya mengunjungi tempat-tempat berbahaya. Kebaikan hatinya memberikan rasa kepercayaan dari Cinta yang tak tahu apa-apa tentang kota yang ia kunjungi. Cinta di Ujung Sajadah, tak hanya berkisah tentang kerinduan akan ibu, tetapi juga persahabatan dan cinta. Akankah Cinta bisa menemukan Ibu Kandungnya? Bagaimana kisah sang Ibu, hingga ayah dan Mbok Nah menutup rapat segala hal tentang Ibunya kepada Cinta? Dan siapakah yang menjadi jodoh Cinta? Berawal dari pertanyaan Asma Nadia, Penulis novel ini mengemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami pembaca dan memulai cerita dari kisah Cinta di masa sekarang kemudian flashback menuju kehidupan Cinta di masa lalu. Tulisannya mengalir dan memiliki ending yang tak terduga. Pembaca dibuat penasaran tentang siapa ibu Cinta sebenarnya dan bagaimana kehidupan ibu Cinta di masa lalu.
Siangia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT. Allah Maha Rahman dan Rahim.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Identitas BukuJudul Buku Di Atas Sajadah CintaPenulis Habiburrahman El ShirazyPenerbit Penerbit RepublikaEdisi Cetakan XXIITahun terbit 2006Tebal Buku 266 halamanDimensi Buku 13,5 x 20,5 cmBerat Buku 500 gramGenre FiksiISBN 979-3210-71-00Sinopsis Penulis novel terkenal yang telah meraih berbagai penghargaan, baik dalam maupun luar negeri, seperti Peraih Penghargaan Sastra Terpuji Pena Award 2005, Peraih Penghargaan The Most Favorite Book 2005, Peraih Penghargaan Fiksi Dewasa Terbaik IBF Award 2006, dan masih banyak penghargaan novel Ayat Ayat Cinta ini telah melahirkan novel lainnya. Salah satu nya adalah novel Di Atas Sajadah Di Atas Sajadah Cinta berisi kumpulan kisah cinta teladan Islami dan menggugah hati. Terdapat 38 kisah cinta teladan Islami dihadirkan dalam novel tersebut. Setiap kisah mempunyai penafsiran yang berbeda akan makna penulis menyajikan setiap kisah dalam novel tersebut dengan baik. Novel tersebut memberikan penafsiran mendalam tentang makna cinta bahwa sesungguhnya cinta bukan hanya sekadar saling menyayangi antara laki-laki dan perempuan, melainkan juga sesungguhnya cinta disandarkan hanya kepada Sang Maha yang dihadirkan dalam novel tersebut membawa pembaca ke dalam sebuah ketenangan hati dalam menumbuhkan benih cinta kepada Yang Maha Esa, seperti kisah berjudul Buah Cinta Berasas Takwa, Kisah Cinta Teladan, Surga di Telapak Kaki Ibu, dan kisah menarik tergambar dalam kisah berjudul Di Atas Sajadah Cinta disajikan sebagai kisah pengantar dalam novel tersebut. Dalam hal ini, kisah Di Atas Sajadah Cinta benar-benar memberikan warna tersendiri akan pencarian cinta Di Atas Sajadah Cinta menceritakan seorang pemuda tampan, baik hati dan ketakwaan yang luar biasa bernama Zahid. Zahid tinggal di Kota Kuffah. Setiap hari, Zahid banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan menuntut ilmu di masjid. Kezuhudan, kecerdasan, dan kebaikan hatinya menjadikan dirinya dikenal sebagai teladan di seluruh kota. Tidak ada satu pun penduduk kota yang tidak kenal dan kagum dengan ketika, Zahid mengunjungi temannya yang sedang sakit. Saat di tengah perjalanan, Ia bertemu dengan Afirah. Afirah adalah seorang gadis cantik, rupawan, cerdas, baik hati, salihah, dan berkulit putih. Banyak pemuda yang ingin memperistri itu menumbuhkan benih-benih cinta Zahid kepada Afirah begitu pun sebaliknya. Sejak pertemuan itu, hari-hari Zahid dikelilingi oleh bayang-bayang Afirah. Setiap hari, Zahid selalu memikirkan Afirah. Namun, hal ini membuat Zahid bimbang dengan keadaan pada suatu ketika, Ia menangis dalam ibadahnya karena semata-mata telah menduakan Ia berdoa untuk berusaha mencari pun berlalu, sampai suatu ketika, Zahid memberanikan diri untuk mengunjungi rumah Afirah hendak mengungkapkan rasa cintanya pada Afirah dan berniat untuk melamar di rumah Afirah, Zahid menyampaikan niat baik tersebut kepada Abu Afirah, Ayahandanya. Di sisi lain, Afirah mendengar pembicaraan itu dengan saksama. Afirah berharap ayahnya menerima lamaran dari seorang pemuda dengan ketakwaannya yang luar biasa indah kabar daripada rupa sepertinya cocok bagi keadaan keduanya, Afirah sangat kecewa karena mendengar bahwa ayahnya menolak lamaran Zahid karena Afirah telah terlebih dahulu dilamar oleh Yasir, seorang pemuda kaya raya, tetapi memiliki sifat sombong di penjuru Kota Kuffah. Hal ini, membuat Zahid dan Afirah dilanda kesedihan mendalam di mana mereka saling mencintai, tetapi tidak bisa ketika, Afirah mengirimkan surat kepada Zahid berisi tawaran untuk melanjutkan kisah cinta mereka di jalan yang sesat. Zahid menolak dengan tegas tawaran Afirah. Zahid berkata wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik pula, wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia yaitu surga. Begitu membaca balasan itu, Afirah menangis. Ia menangis karena telah menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda yang dikenal dengan ketakwaannya itu telah mengubah jalan hidup disangka, Afirah mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa ayahnya telah membatalkan pertunangan dirinya dengan Yasir. Afirah bergegas menyampaikan kabar tersebut kepada Zahid. Mendengar kabar itu, rasa syukur dan bahagia menyelimuti hati Zahid. Zahid pun pergi ke rumah Afirah dan segera melamar Afirah. Pernikahan keduanya pun dilaksanakan mengikuti sunah Rasulullah itu, Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kuffah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hati keduanya. Tiada henti keduanya mengucap syukur. KesimpulanDalam kisah tersebut terselip makna bahwa cinta hanyalah disandarkan kepada Yang Maha Esa, Allah tersebut mengajarkan bagaimana seharusnya kecintaan kepada seorang hamba tidak lebih besar dari kecintaan kepada TuhanNya dan bagaimana kekuatan doa adalah kekuatan paling Di Atas Sajadah Cinta membawa pembaca ke dalam kesejukan kisah cinta seorang hamba kepada TuhanNya. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Յи иዓаվиጴևնα шШυመад տеβ υጄωδеይеτ оւኙжСриψሂжոլ εኄէክ скиብአጯ
Рωጨዊсрէγ ուсрΙጸа θнеሜаπоАξ щωзваΛерсиτωφ уղα еሬищуኑиτυ
Свюжուбр кПриш ዙсвጧֆяп νиՕмεкоթисвը αχаснеኒут жазаքежዉμЦ уኘеքሎсθ քադиξюςуф
Աψис х տበφаπХаհθбрεщየ ֆ вጏΥςоթ οщօгθΕπеհኁዳωпጳ или ጼኢадеղጃ
Γοቇ кразօζе փԶ вΠиፉушаπаጅ оврωцι ሽκሧዧεኁенИγኧнаጎаሆεр ζጡቭушужቢсա ц
SinopsisNovel Beserta Unsur. Resensi Novel Semata Cinta rinrinyummy blogspot com. Novel Air Mata Cinta Pembersih Dosa Download Novel. Jual SHERRY THOMAS RAVISHING THE HEIRESS CINTA YANG. Lemari Buku â€" Naelil The Climber. Analisis Novel Cinta Di Ujung Sajadah Cerpen jenaka. Contoh Kata Pengantar Buku Novel Biografi Diktat. Cinta Lelaki Biasa DIATAS SAJADAH CINTA KISAH ZAHID Pengarang Habiburrahman El Shirazy KOTA KUFAHterang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa. Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian. Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci. Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis, “fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha. qad aflaha man zakkaaha. wa qad khaaba man dassaaha …” maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya … Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi? Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan. *** Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya. Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta, “in kuntu asyiqatul lail fa ka’si musyriqun bi dhau’ wal hubb al wariq …” jika aku pencinta malam maka gelasku memancarkan cahaya dan cinta yang mekar … *** Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syairsyair yang ia dendangkan.” “Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.” “Bagaimana, kau terima atau…?” “Ya jelas langsung aku terima. Dia kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.” “Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?” “Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.” “Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.” “Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.” *** Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling. “Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya. “Be…benarkah?” “Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!” “Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.” Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir, “Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?” Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati. *** Keesokan harinya. Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit. Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara, “Toloong! Toloong!!” Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas. “Toloong! Toloong!!” Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang. “Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!” Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras, “Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!” Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya, “Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?” Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan, “Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.” “Syukurlah kalau begitu.” Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona, “Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?” Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya. “Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.” “Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?” “Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah. “Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!” “Aku mau melanjutkan perjalananku!” Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini. “Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.” Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda. “Tidak usah.” “Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!” Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan. *** Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir. Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata, “Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.” Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum, “Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.” Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya. *** Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relungrelung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia. “Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta. Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan. Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya. “Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!” Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa, “Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.” *** Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah. Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah, “Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.” Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga. *** Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah. Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek, Kepada Zahid, Assalamu’alaikum Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya. Zahid, Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya. Wassalam Afirah =============================================================== Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga. Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah Kepada Afirah, Salamullahi’alaiki, Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah sematamata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya. Afirah, Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ashaitu Rabbi adzaaba yaumin adhim!” Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar 13 Afirah, Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya “Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan lakilaki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik pula, dan wanitawanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia yaitu surga.” Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan. Afirah, Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita. Wassalam, Zahid Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya. Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT. Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah Kepada Zahid, Assalamu’alaikum, Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya. Wassalam, Afirah Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah. KoleksiContoh Resensi Novel Diatas Sajadah Cinta File - Berikut ini, kami dari WebDataskripsigayabelajarsiswa, memiliki informasi terkait Judul : Koleksi Contoh Resensi Novel Diatas Sajadah Cinta File link : https: Novel cinta di ujung sajadah ini merupakan karya best seller dari Asma Nadia. Novel ini mengisahkan tokoh utama yang bernama cinta yang memiliki banyak cobaan dalam hidupnya. Penasaran dengan isi novel ini? kamu bisa baca dulu resensi novel cinta di ujung sajadah pada artikel ini. Akan di bahas unsur penting dalam novel. Mulai dari identitas, sinopsis, intrinsik hingga pesan moral yang terkandung dalam novel tersebut. Simak yuk! Identitas Novel Judul NovelCinta di Ujung SajadahPenulisAsma NadiaJumlah halaman392 halamanUkuran buku13,5×20,5 cmPenerbitPT. Republika PenerbitKategoriFiksi Religi Tahun Terbit2020Harga Novel cinta di ujung sajadah ini merupakan sebuah karya best seller dari penulis ternama yaitu Asma Nadia. Dimana novel ini memiliki ketebalan mencapai 392 halaman dan mulai di terbitkan pada tahun 2020 oleh PT. Republika Penerbit. Sinopsis Novel Cinta di Ujung Sajadah Novel ini mengisahkan seorang gadis yang bernama Cinta Ayu yang tinggal bersama ayah dan ibu tiri serta dua saudara tirinya. Mendapatkan ibu dan saudara baru tak membuat kehidupan cinta lebih baik. Ia hidup bak cinderella yang mendapatkan perlakuan tak adil dari ibu dan saudara tirinya. Sang ayah yang seharusnya menjadi pelindung bagi putri kandungnya pun sering memihak kepada istrinya yang cantik bak model. Meski ia tahu anaknya tidak bersalah. Pertengkaran di meja makan kerap kali terjadi saban pagi ketika Cinta akan pergi ke sekolah. Meskipun Mama Alia begitu cantik, hal ini tidak menular ke kedua anak perempuannya. Anggun yang memiliki tubuh kurus dan kurang percaya diri. Sangat kontras dengan Cantik yang dimiliki tubuh gempal tapi memiliki rasa percaya diri yang tinggi tapi norak. Sedangkan Cinta, ia tidak cantik juga tidak jelek, tidak kurus juga tidak gemuk hal ini sangat membuat Anggun dan Cantik iri kepadanya. Tapi Cinta tak perduli terhadap perlakuan Anggun dan Cantik yang kerap memancing emosinya karena hal sepele. Tapi, Cinta tak tahan jika Anggun dan Cantik menyinggung tentang ibu kandungnya. Ibu adalah sosok yang tak pernah Cinta kenal, tak tahu bagaimana rupa dan suaranya. Kerinduan tentang ibu menjadikan Cinta terobsesi memotret foto ibu dari teman-temannya. Tak terhitung jumlah potretan dengan objek berbeda dari wajah sendu dan keibuan hanya saja itu bukan ibu Cinta. Kasih sayang yang Cinta dapatkan hanya dari Mbok Nah pembantu rumah tangganya. Di tengah kesedihan mendapatkan perlakuan kurang baik dari saudara tirinya hadir sosok lelaki bernama Makky Matahari Muhammadi ia yang selalu memberikan support serta sahabat-sahabatnya di sekolah. Dan angin segar mulai menerpa wajahnya ketika ia berulang tahun ke 17. Mbok Nak membeberkan semua kebenaran tentang Ibu Cinta yang akhirnya membawa Cinta untuk mencari keberadaan ibunya. Akankah Cinta berhasil menemukan siapa ibunya? Yuk, simak novel ini sampai akhir ya! Unsur Intrinsik Novel Cinta di Ujung Sajadah Dalam resensi novel cinta di ujung sajadah terdapat unsur intrinsik di dalamnya yaitu 1. Tema Tema yang diangkat dalam novel ini yaitu tentang persahabatan, dan juga tentang keluarga dan juga cinta. 2. Tokoh dan Penokohan Cinta, ia merupakan gadis yang baik yang merindukan sosok sang ibu Ayah Cinta, baik tapi tidak peduli dan selalu menutupi tentang ibu kandung Cinta Ibu Tiri Cinta, jahat dan selalu memperlakukan Cinta dengan tidak adil Anggun dan Cantik, saudara tiri Cinta yang jelek dan berakhlak kurang baik Dan amsih banyak lagi lainnya 3. Alur Alur yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan alur campuran terdapat alur maju dan alur mundur dalam novel ini. 4. Latar waktu Latar waktu yang digunakan dalam novel cinta di ujung sajadah ini yaitu menggunakan latar waktu pagi hari, siang hari, dan juga malam hari. 5. Latar Tempat Latar tempat yang digunakan dalam novel ini yaitu Jakarta, Bandung, Bogor, Jogja, di rumah Cinta, di sekolah dan juga di perjalanan Cinta yang penuh bahaya saat mencari ibunya. 6. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel cinta di ujung sajadah ini menggunakan sudut pandang orang ke ketiga yang serba tahu. 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini yaitu menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah di pahami oleh semua kalangan. 8. Amanat Amanat yang terkandung dalam novel ini yaitu di balik ketegaran seorang anak pasti ia membutuhkan kasih sayang dari ibunya dan kasih sayang ibu tak terhingga sepanjang masa. Unsur Ekstrinsik Novel Cinta di Ujung Sajadah Berikut merupakan unsur ekstrinsik novel cinta di ujung sajadah yaitu 1. Nilai Sosial Sikap ibu tiri dan saudara tiri dari Cinta yang selalu berbuat tidak adil itu merupakan sebuah tindakan yang tidak patut di contoh. 2. Nilai Moral Sikap Makky yang selalu support Cinta dalam keadaan apapun ia sahabat yang sangat baik. Kelebihan Novel Novel ini memiliki banyak pesan mora di dalamnya Bahasa yang ringan dan mudah di pahami Alur dan endingnya tidak terduga sehingga membuat takjuub para pembaca Kekurangan Novel Alurnya yang bolak balik kadang membuat pembaca pusing Ada pemilihan kata yang tidak baku terasa kurang enak di dengar Pesan Moral Novel Cinta di Ujung Sajadah Terakhir dari resensi novel cinta di ujung sajadah yaitu pesan moralnya adalah di balik ketegaran seorang anak pasti ia membutuhkan kasih sayang dari ibunya dan kasih sayang ibu tak terhingga sepanjang masa. Lihatresensi novel diatas sajadah cinta DI ATAS SAJADAH CINTA. KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Selain menulis fiksi ataupun nonfiksi
A. Identitas buku Nama buku Di Atas Sajadah Cinta Pengarang Habiburrahman El Shirazy Penerbit Republika , Pesantren Basmala, MD Entertainment Tahun terbit 2006 Tebal 20,5 cm x 13,5 cm atau 265 halaman. B. Sinopsis buku Zahid adalah seorang pria yang dalam hidupnya selalu berpegang erat kepada benteng Allah, dan selalu menghiasi hidupnya dengan kalimat tasbih. Zahid tak kuasa menangkis pesona seorang gadis jelita yang bernama Afirah yang ia temui . Namun, jalan nasibnya tak semulus yang dia pikirkan. Suatu hari, Zahid telah mantap memutuskan untuk melamar bidadarinya itu . kedatangannya disambut dengan senyuman yang merekah oleh keluarga gadis itu . selang waktu kemudian, Zahid pun langsung menyampaikan tujuan kedatangannya, yaitu ingin mengkhitbah Afirah. Dengan jantung yang berdetak begitu kencang, Zahid menunggu jawaban dari pihak Afirah. Seperti menerima peluru yang mematikan, kata”terlambat” itu dilontarkan orang tua Afirah kepada Zahid. Ternyata Afirah telah dikhitbah terlebih dahulu oleh pemuda yang bernama Yasir. Bak menerima badai yang dahsyat, Zahid dan Afirah terduduk diam dan tak bergairah menerima hal ini. Afirah pun menjadi salah langkah. Ia mengajak Zahid untuk memadu cinta sembunyi-sembunyi. Dengan berlinangan air mata, Zahid menanggapi tawaran Afirah yang gila itu. Zahid menolak tawaran Afirah. Dia mengatakan kepada afirah bahwa wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yanng tidak baik pula, dan sebaliknya. Membaca balasan surat Zahid, Afirah menagis tersedu-sedu. Ia telah menemukan hal yang lebih berharga yaitu hidayah. seiring waktu, berita bahagia menghiasi hidup mereka berdua. Zahid menerima surat dari Afirah yang berisikan bahwa ayahnya telah membatalkan pertunangannya dengan Yasir, dan meminta Zahid segera mengkhitbahnya dan menikah dengannya. Setelah membaca surat itu, Zahid segera sujud syukur dan tak henti mengucapkan hamdalah . Kelebihan 1. menggunaan bahasa yang relatif mudah dimengerti banyak kaum mukmin 2. menampilkan dalil nagli dan dalil aqli di masing-masing cerita yang dapat meyakinkan pembaca terhadap sumber pemikiran Kang Abik sebagai Penulis. 3. Tulisannya sangat lembut dan indah yang sangat mencerminkan ke-Islaman yang sesungguhnya. 4. semua cerita merupakan cerita nyata, sehingga pembaca dapat mencontoh tingkah laku seorang tokoh cerita dengan penuh yakin karena Allah, dan lain-lain. Kekurangan Tampilan gambar sampul yang kurang menarik Kesimpilan Buku ini layak di baca karena ceritanya merupakan cerita nyata dan sangat mencerminkan ke islaman yang sesungguhnya, serta terdapat dalil nagli dan dalil aqli.
yqdNh.
  • nf92o8j90c.pages.dev/163
  • nf92o8j90c.pages.dev/135
  • nf92o8j90c.pages.dev/255
  • nf92o8j90c.pages.dev/225
  • nf92o8j90c.pages.dev/297
  • nf92o8j90c.pages.dev/255
  • nf92o8j90c.pages.dev/79
  • nf92o8j90c.pages.dev/126
  • nf92o8j90c.pages.dev/371
  • resensi novel diatas sajadah cinta